Kehidupan dan Pemanfaatan Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.)

 

    Aleurites moluccana (L.) Willd., atau lebih dikenal dengan nama kemiri, merupakan salah satu pohon serbaguna yang sudah dibudidayakan secara luas di dunia. Jenis ini merupakan jenis asli Indo-Malaysia dan sudah diintroduksikan ke Kepulauan Pasifik sejak jaman dahulu. Di Indonesia, kemiri telah lama ditanam, baik untuk tujuan komersial maupun subsisten untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama bagi masyarakat Indonesia bagian timur.

    Kemiri belum banyak ditanam dalam bentuk hutan tanaman berskala besar. Penanaman pada umumnya dilakukan di pekarangan sekitar rumah atau di sekitar kebun. Daerah budidaya kemiri yang utama untuk wilayah Indonesia dapat dijumpai di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Maluku dan Nusa Tenggara Timur, dengan luasan total mencapai 205.532 ha (Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan 2008).

    Pohon kemiri banyak djumpai di daerah beriklim hujan tropis, dengan kondisi agak kering selama musim kemarau. Jenis ini tumbuh subur di daerah tropis yang lembap sampai ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia, kemiri dapat dijumpai pada ketinggian 0–800 m pada areal yang berkonfigurasi datar hingga bergelombang. Kemiri juga dikenal dapat beradaptasi dengan baik di daerah lereng, bahkan di lembah yang curam. Pohon kemiri dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk lempung merah, liat berbatu, pasir dan batu kapur. Pohon kemiri juga tidak memerlukan sistem drainase yang baik. Jenis ini bisa tumbuh pada tanah yang agak asam dan sedikit basa dengan pH 5–8. Pohon kemiri cukup toleran terhadap kekeringan dan bahkan dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur jika ditanam dengan baik pada kelembapan tanah yang cukup. Dengan hal tersebut kemiri bisa dibudayakan pada lahan kritis.

    Di Pulau Jawa, kulit pohon kemiri dimanfaatkan sebagai obat diare (disentri). Di Jepang, bagian kulit kemiri digunakan untuk obat tumor. Adapun di Sumatera, biji kemiri digunakan untuk obat sembelit dengan cara ditumbuk dan dibakar dengan menggunakan arang, kemudian dioleskan ke sekitar pusar (perut). Di Malaysia, daun kemiri direbus dan dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit kepala, demam, bisul, bengkak pada persendian dan kencing nanah. Di Hawai, bunga dan getah segar kemiri yang baru saja disadap digunakan untuk obat sariawan pada anak-anak. Selain itu, biji kemiri yang kering juga lazim digunakan sebagai bahan masakan di Indonesia dan Malaysia. Minyak yang diekstrak dari biji kemiri mengandung zat yang iritan dan dapat berfungsi sebagai pencahar. Tumbukan biji kemiri dapat digunakan sebagai pengganti sabun. Selain itu juga dapat digunakan sebagai perangsang pertumbuhan rambut atau sebagai bahan aditif dalam perawatan rambut. Saat ini minyak kemiri dengan kualitas tinggi sudah menjadi produk komersial utama dan dijual secara luas di industri kosmetika. Lebih lanjut lagi, sisa biji yang sudah diekstrak minyaknya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.



 

Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Aleurites moluccana (L.) Willd. Ekologi, Silvikultur, dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selayang Pandang KPHL Bukit Barisan Unit IV Sumatera Barat

“Rotan : HHBK Potensial, Produk Unggulan KPHL Bukit Barisan”